Rabu, 29 Mei 2013

Pramugari dan Kakek Tua

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airlines. Sejak bergabung dengan perusahaan penerbangan beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap harinya hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.  Pada tanggal 17 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya. 

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari ini.
Di antara penumpang, saya melihat seorang kakek dari desa merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya. Pada saat itu saya yang berdiri di pintu pesawat menyambut penumpang. 

Kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju, seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat. Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minum. Ketika melewati baris 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut. Dia duduk dengan tegak dan kaku di tempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung. Kami menanyakan mau minum apa, tetapi dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak. 

Kami hendak membantunya meletakkan karung tua di atas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya. Lalu kami membiarkan duduk dengan tenang. Menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tenang di tempat duduknya. Kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya. Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit. 

Dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah di pesawat boleh bergerak sembarang, takut merusak barang di dalam pesawat. Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet. Pada saat menyajikan minum yang ke dua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang sebelahnya dan menelan ludah. 

Dengan tidak menanyakannya kami meletakkan segelas minuman teh dimeja dia. Ternyata gerakan kami mengejutkannya. Dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah. Kami mengatakan engkau sudah haus minumlah. Pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami. 

Kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis. Dia tidak percaya. Katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan di pinggir jalan. Dia tidak diladeni malah diusir. 

Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil. Karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.
Saat kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya. 

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat 3 di Peking. Anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal di kota akhirnya pindah kembali ke desa. Sekali ini orangtua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking.
Anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama – sama ke Peking. Tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal. Dia bersikeras dapat pergi sendiri. Akhirnya dengan terpaksa disetujui dengan anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai oleh anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut di tempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri. Katanya jika ditaruh di tempat bagasi, ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur. 

Akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati – hati dia meletakkan karung tersebut. Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus. 

Tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar. Saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil, dan meminta saya meletakkan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak. Dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya. Kami semua kaget. 

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa, di mata seorang desa menjadi begitu berharga. Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh di dalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut. 

Tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan, tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri. Perbuatan yang tulus tersebut benar – benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya. Sebenarnya kami menganggap semua hal sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. 

Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut menyembah kami, mengucap terima kasih bertubi – tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai. Kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak. 

Hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tau bagaimana mengucap terima kasih kepada kalian. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang. 

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam – ragam penumpang saya sudah jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain – lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami. Kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan. Hanya menyajikan minuman dan makanan. Tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya. Perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya.

 

"Ketika Saudara Kembar Bertukar Istri"

Senyumnya mengembang menyambutku sepulang dari kantor. Seperti biasa, wanita itu mengajakku duduk di sofa. Kemudian wanita itu membuka sepatuku, kaus kakiku dan tidak lupa menyuguhkan secangkir teh manis hangat dan sepiring kue kesukaanku.

Dia adalah Heny. Istriku yang sudah 13 tahun menemaniku dan telah memberiku 3 orang anak yang lucu.Ketika awal menikah, Heny seorang wanita karir yang cantik dan menarik. Sungguh, Heny benar-benar membuatku jatuh cinta.

Namun sejak kelahiran Daffa anak pertama kami, dia memutuskan untuk berhenti dari perusahaan tempatnya bekerja. Heny ingin lebih fokus dalam merawat dan mendidik anak-anak kami.

Aku tak mempermasalahkan alasannya. Aku ikut senang dan mendukungnya. Penghasilanku sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan rumah tangga kami. -kisah inspiratif

Namun seiring berjalannya waktu, Heny telah berubah di mataku. Heny tak semenarik dulu lagi. Sibuknya Heny dalam mengurus rumah tangga dan merawat anak-anak kami, membuat Heny lalai dalam merawat dirinya. Heny jarang menggunakan make up, parfum, dan sering kali memakai daster butut yang selalu setia menemaninya di rumah. Menurut Heny, sangat nyaman dan adem bila memakai daster di cuaca yang sangat panas.

“Mau makan malam atau mandi dulu mas?” Heny membuyarkan lamunanku.

Di tangannya sudah siap handuk dan baju gantiku. Mataku sempat melirik sebuah foto pernikahan di dinding dengan tulisan dibawahnya: Heny & Ardi. Kami tampak begitu bahagia dan serasi.

“Mandi saja dek, tadi di kantor aku sudah makan”,

Aku terpaksa berbohong, meski sebenarnya aku belum makan, pemandangan lusuh yang ada di mataku telah merusak selera makanku.

Sementara di kantor, rekan-rekan wanitaku tampilannya modis dan wangi namun di rumah wanita yang menyambutku berbeda bagai langit dan bumi. Istriku yang memakai daster lusuh dan berdandan sangat natural.

Selesai mandi, segera aku masuk ke kamar Daffa. Dia tengah tertidur pulas. Di usianya yang masih 10 tahun, sudah terlihat wajahnya mengadopsi wajahku. Kukecup keningnya, selanjutnya aku beranjak menuju kamar Zahra dan Nadia. Mereka masih tidur dalam satu kamar. Kecantikan wajah keduanya mewarisi wajah Heny, istriku. Setelah kucium keduanya yang sedang terlelap, segera aku beranjak menuju kamar tidurku.

Di dalam kamar, istriku sedang menyalakan lampu tidur. Aku segera berbaring ke tempat tidur yang telah rapi. Meski di rumah tidak ada pembantu rumah tangga, namun istriku mampu mengerjakan hampir semua pekerjaan rumah dengan baik. Dia memang tergolong wanita yang rajin, seolah-olah tidak ada capeknya.

“Bagaimana dengan pekerjaannya di kantor, mas ?”

“Baik dek” aku biasa memanggilnya dengan sebutan adek.

“Bener nggak ada masalah mas? Kok kuperhatikan akhir-akhir ini mas banyak diam”

“Iya, ngggak apa-apa kok,”

“Syukurlah kalau begitu mas” Heny ikut naik ke ranjang sambil menyelimuti tubuhku dengan selimut yang lembut dan wangi. Aku memang tidak terlalu kuat dengan dingin AC.

Aku tidak bisa nyenyak dalam tidurku, jujur aku merasakan suatu kebosanan dengan kehidupanku. Disampingku istriku tidur dengan memakai daster kembang-kembang warna kuning yang juga dipakainya saat hamil Daffa anak pertamaku, yaaa…. berarti sudah 10 tahun lebih usia daster lusuh itu. Sungguh menjadi inspirasi untuk datangnya mimpi burukku.

***********

Saat makan siang di kantor aku mengutarakan tentang kehidupan rumah tanggaku yang membosankan kepada Rudi dan Rio temen akrabku. Sambil tersenyum, silih berganti mereka mendengarkan keluhanku.

“Itu karena kamu terlalu monoton Ardi, terlalu lurus berumah tangga. Sekali-kali cobalah melakukan sesuatu yang ekstrim untuk membakar kembali gelora jiwamu” Rudi nyerocos sambil menikmati sepiring nasi goreng.

“Betul tuh kata Rudi, cobalah melakukan sesuatu yang ekstrim agar kehidupan rumah tanggamu tidak monoton, dengan cara selingkuh misalnya, tuh.. diem-diem Siska, anak baru di departemen kita kuperhatikan sering curi-curi pandang ke kamu Ar, udah… jadiin aja Siska selingkuhanmu, aku yakin dengan berselingkuh kamu akan menemukan kembali apa yang selama ini hilang dari hidupmu” Rio turut memberikan usulannya.

Benar juga kata mereka, Siska anak baru di departemenku memang kuperhatikan sering curi-curi pandang, senyum serta sorot matanya menyiratkan sesuatu maksud tertentu kepadaku.

Meski di usiaku yang menginjak 38 tahun, namun ketampananku belum pudar, ditambah lagi posisiku di kantor yang cukup mapan, aku yakin tidak terlalu sulit buatku mendapatkan seorang wanita.

“Aku tidak mau terjebak dengan komitmen kepada seorang wanita friend, ada usulan lain nggak?”

“Kalau tidak mau susah-susah pelihara kambing, langsung beli satenya aja, ngerti kan maksudku Ar” kata Rudi dengan senyum nakalnya.

“Kita bisa kok mengantarmu ke tempat gadis-gadis cantik yang akan memuaskanmu, cinta satu malam, puas, tanpa komitmen, bayar, pulang deh berkumpul lagi bareng keluarga” Rio turut menimpali.

“Ok deh, thanks ya friend masukannya, aku pikir-pikir dulu.”

“Iya tapi jangan terlalu lama mikirnya, keburu digaet pak bos tuh si Siska, tahu sendiri bos kita nggak bisa lihat cewek bohay dikit” kata Rudi.

*********

Untuk berselingkuh dengan wanita lain aku masih belum berani, demikian juga untuk berzinah, tidak pernah ada dalam kamusku. Dalam kekalutanku aku menghubungi Bimo, kakakku untuk bertemu saat makan siang.

Akhirnya pertemuanku dengan kakakku Bimo, akan terlaksana juga. Syukurlah di tengah kesibukannya, ia masih sempat meluangkan waktu untuk mendengar curahan hatiku.

“Hallo… sudah lama nunggu Di? Bimo tersenyum menghampiriku.

Bimo mengenakan atasan setelan hem biru lengan panjang dan dipadukan dengan celana panjang hitam. Melihatnya, seolah aku sedang bercermin. Kita memang saudara kembar, namanya Bimo, dia lebih tua 10 menit dariku, sehingga antara kami berdua tidak ada yang memanggil kakak atau adik melainkan langsung dengan nama kami masing-masing.

“Begitulah Bim, masalah berat yang sedang aku hadapi”

Kening Bimo langsung berkerut pertanda sedang berfikir setalah mendengarkan panjang lebar curhatku, tidak lupa usulan teman-temanku Rudi dan Rio aku sampaikan kepadanya.

Bimo telah menikah juga dan baru dikaruniai 1 orang anak. Pernikan kita dahulu dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Masih teringat ekspresi para tamu undangan yang tersenyum-senyum menyaksikan dua pasang pengantin dengan mempelai pria kembar identik. Ketika bersalaman tidak henti-hentinya para tamu berpesan kepada Heny istriku, dan kepada Rosa istri Bimo,

“Awas jangan sampai tertukar ya suaminya di malam pertama!!”

Kami pun hanya bisa tersenyum membayangkan malam pertama tertukar, hihihi

**********

“Semua keluarga pasti ada permasalahan Di, akupun juga tidak luput dari permasalahan keluarga” Bimo berucap sambil menghisap sebatang rokok.

Di mataku Bimo laki-laki yang sangat beruntung, punya istri Rosa yang cantik, seksi dan wangi. Tidak seperti Heny yang lusuh dan bau minyak. Rosa seorang sekretaris pada sebuah perusahaan minyak asing. Kemanapun tampilannya selalu modis dan wangi. Bahkan ketika kami sekaluarga menginap di rumah Bimo, Rosa selalu tampil cantik di rumah.

“Kamu beruntung Di punya istri Heny, seorang ibu yang pinter mendidik anak, telaten melayanimu dan bisa setiap saat bertemu denganmu, sedangkan aku karena kesibukan Rosa, jarang punya waktu untuk menikmati saat kebersamaan.”

“Tapi aku membutuhkan suatu terobosan besar dalam kehidupanku yang monotan ini Bim, kalau tidak, aku ragu apakah bahtera rumah tanggaku ini bisa diselamatkan. Kalau untuk selingkuh atau “jajan” seperti usul teman-temanku aku jelas tidak bisa melaksanakan Bim, duh.. gimana dong ada solusi nggak?”

“Hmm… gimana kalau aku tawarkan sesuatu yang ekstrim tapiiii… nggak jadi deh, Di..” ucap Bimo ragu-ragu.

“Ayo dong Bim, lanjutin kata-katanya, aku pasti setuju deh” pintaku dengan penasaran

“Sebenarnya aku ragu dengan usulanku ini, sangat ekstrim, namun lebih baik dibandingkan dengan selingkuh atau jajan Di. Kamu ingat tidak saat kita keluarga besar bertemu, Heny dan Rosa sering salah mengira aku adalah kamu dan sebaliknya kamu dikira aku.”

“Bener juga ya Bim, selain papa mama, istri-istri dan anak-anak kita masih sering keliru, karena wajah, suara, postur dan perangai kita memang bener-bener susah dibedakan, terusss… maksud kamu apa Bim?” tanyaku tak sabar.

“Begini Di, setelah mendengar penjelasanmu tadi tentang tidak bahagianya kamu dengan istrimu, dan demi meyelamatkan rumah tangga kalian maka aku berfikir bagaimana kalau sementara waktu kita saling bertukar posisi, kamu di posisiku dan aku menggantikan posisimu.”

“ Barter atau tukeran istri maksudmu Bim”? tanyaku kaget dengan mata melotot.

“Bukan sekedar istri namun juga barter seluruh kesehariannya, keluarga dan pekerjaan Di, cukup satu minggu saja dan ada satu syarat yang tidak boleh kita langgar”?

“Syarat apa tuh, Bim”?

“Kamu berjanji tidak menggauli istriku Rosa Di, dan sebaliknya aku juga tidak berhubungan intim dengan istrimu Heny, bagaimana?”

“Baiklah Bim kalau itu aku pasti setuju, tapi kalau boleh tahu apa alasanmu merelakan aku menikmati berada dalam posisimu meski cuma sementara”

“Seperti yang aku utarakan tadi Di, kulakukan ini untuk menyelamatkan kehidupan rumah tangga kalian, dari pada kamu terjerumus ke hal-hal yang tidak benar seperti teman-temanmu, disamping itu aku juga ingin menunjukkan kepadamu bahwa aku pun memiliki permasalahan dengan istriku, setiap rumah tangga pasti ada problem, yang terpenting bagaimana kita menyikapinya”

“Baik lah mulai kapan kita mulai permainan ini Bim”

“Sekarang saja mumpung kita bisa bertemu Di.”

Maka setelah kami saling bertukar informasi tentang situasi rumah, istri, anak-anak, pekerjaan dan lain-lain maka mulailah kami bertukar pakaian, HP dan kendaraan untuk melanjutkan keidupan sandiwara kami.

*********

Kupacu mobil Bimo menuju rumahnya yang sementara waktu akan jadi rumahku. Ada perasaan bimbang juga bagaimana bila Rosa, atau Farhan anaknya Bimo mengenaliku bukan Bimo.

Sesampainya di rumah, yang membukakan pintu bukanlah Rosa melainkan Mbok Rusti pembantu setia keluarga Bimo.

Dalam foto-foto yang dipajang di dinding nampak wajah cantik Rosa, hmm aku pasti bahagia seminggu ini menggantikan Bimo.

“Ibu belum pulang pak, bapak mau minum teh atau kopi? Makanan sudah mbok siapkan di meja makan” kata mbok Rusti.

Lega juga akhirnya ternyata mbok Rusti mengira aku Bimo

“Baik mbok, makasih,”

Belum sempat aku membuka sepatu, Farhan keponakanku, anak Bimo satu-satunya langsung menarik tanganku.

“Pa temenin Farhan maen bola ya.. trus maen kuda-kudaan”

“Sudah malam Farhan, papa capek besok saja ya?”

“Nggak mau, pokoknya papa harus temenin maen, kalau tidak Farhan nggak mau tidur malam”.

Dengan sangat terpaksa aku menemanin keponakanku itu bermain sepuasnya. Bayangan Heny tiba-tiba muncul di benakku. Betapa capeknya dia selama ini mengurus ketiga orang anakku, dia melakukannya tanpa mengeluh sedikitpun.

Selesai bermain, aku masih harus menunggu sampai Farhan sampai tertidur dan aku baru bisa mandi. Tidak ada lagi Heny yang menyiapkan handuk dan baju gantiku, aku sekarang melakukannya sendiri.

Selesai mandi aku menonton TV sambil menunggu kedatangan Rosa.

“Bapak nggak makan, pak?” sapa mbok Rusti.

“Nanti saja mbok nunggu ibu datang”

“Sebaiknya bapak makan duluan, ibu kan biasa pulang hampir tengah malam, bapak bisa kena sakit magg kalau menunggu ibu pulang” saran mbok Rusti kepadaku.

Benar juga sampai jam 22.00 Rosa belum juga pulang, akhirnya kusantap juga makanan yang sudah disiapkan mbok Surti sejak tadi, rasanya hambar dan dingin sangat berbeda dengan masakan Heny istriku. Istriku pinter masak dan bikin kue, di hari libur pasti disempatkannya membuat sendiri kue-kue yang lezat.

Akhirnya aku tertidur juga, karena seharian capek kerja ditambah lagi menemani Farhan main kuda-kudaan. Aku terbangun dari tidurku karena merasa kedinginan, hmm pastes ternyata aku lupa tidak memakai selimut, biasanya istriku Heny yang memakaikan selimut jika aku lupa memakainya.

Kulihat disampingku tertidur seorang wanita bergaun tidur putih… Ahh hampir saja aku berteriak ketakutan,kupikir penampakan disampingku sejenis makhluk halus. Bergaun putih, muka pucat putih kaya topeng. Benar-benar membuatku terkejut.

Ternyata setelah kuperhatikan lebih dekat dia adalah Rosa. Tidurnya terlentang seperti mayat, muka pakai masker krim yang tebalnya 1cm ditambah irisan mentimun di matanya.

Hmm… akhirnya kulanjutkan tidur juga, dalam hati aku berpikir apa enaknya Bimo punya istri cantik dan seksi namun tidurnya tidak lebih dari mayat begini, masih mending Heny istriku yang dengan lembut dan penuh kasih sayang memperlakukan aku di atas ranjang.
********

Bangun tidur tidak kulihat Rosa disampingku. Mungkin dia sedang mandi, kudengar bunyi gemericik shower di kamar mandi yang ada di kamar. Segera saja aku menuju kamar mandi bawah untuk mandi. Setelah mandi aku masuk kamar dan kulihat Rosa sedang berdandan untuk ke kantor.

“Pa… sarapan sama Farhan ya, mama ada meeting pagi-pagi, nggak sempet sarapan. Oh ya pa, mulai nanti malam mama ada dinas luar kota selama 1 minggu, baik-baik ya di rumah “

Aku pun mengangguk serta beranjak turun untuk sarapan. Saat sedang menyantap sarapan, Rosa keluar dari kamar menuruni anak tangga, tampilannya sangat cantik, seksi dan wangi.

”Berangkat dulu ya pa, Farhan jangan nakal ya, mbok jaga rumah baik-baik !!” sambil menciumku ia beranjak menuju mobil meninggalkan bekas lipstick di pipiku.

Ternyata kecantikan dan keseksiannya hanya untuk orang lain bahkan suaminya pun tidak ada waktu untuk menikmatinya. Malang sekali nasibmu Bimo kakakku…

***********

Sesampainya di kantor pertama kali yang kulakukan adalah menelpon Bimo saudara kembarku.

“Bim, tidak perlu menunggu sampai seminggu, barter ini selesai di sini saja ya. Aku tidak kuat” kataku pada Bimo.

“Hahaha… sudah kuduga kamu pasti akan menyerah Di, ok lah kita bertemu siang ini di kantin biasanya”,

Aku dengar gelak tawa Bimo di ujung telepon sana.

**********

Sesampainya di rumah, seperti biasa dengan senyum indahnya, Heny menyambut kedatanganku. Melepas sepatuku, kaus kakiku, dan menyiapkan air hangat untuk mandiku serta menemaniku makan malam. Masakan istriku yang masih hangat terasa begitu nikmat di lidahku.Meski baru sehari aku tidak merasakannya, serasa setahun aku tidak menikmati masakan lezat itu.

Ku lihat bola matanya lebih dalam, kulihat sorot mata kelelahan. Istriku ternyata begitu berat pekerjaanmu di rumah selama ini. Merawat ketiga anakku ditambah aku yang seolah-olah menjadi anak keempatmu yang masih serba dilayani sehingga tidak ada waktu untuk sekedar merawat tubuhmu.

Saat selesai sholat isya berjamaah dengan istriku, seperti biasa ia meraih tanganku untuk diciumnya dengan mesra. Ohh.. kurasakan tangan yang dulu begitu halus kini telah berubah sedemikian kasar, dan kurus, pastilah karena kerja kerasnya di rumah selama ini.

Kucium tangan suci ini, bagiku ini adalah tangan suci kedua setelah ibuku. Maafkan aku istriku, anak-anakku, aku selama ini hanya bisa menuntut ini dan itu bahkan begitu pengecut untuk sekedar mengutarakan uneg-unegku. Selalu membanding-bandingkanmu dengan wanita lain. Suami macam apa aku ini, yang hanya tahu mencari uang tanpa memikirkan keluarga.

Sebelum tidur, aku dan Heny berdikusi banyak hal. Aku menyampaikan keluhanku padanya dengan cara yang halus tanpa menyinggung perasaannya. Setengah merayu dan memuji kukatakan padanya bahwa aku ingin melihat dan menikmati tubuh indahnya, dengan memberikan sebuah hadiah yang kubeli sepulang dari kantor tadi,

” Dek, aku punya hadiah untuk mu” kataku sambil menyodorkan bungkusan kado berwana biru. Warna kesukaan Heny.

Dengan terkejut dan mata berbinar-binar Heny membuka kadonya

” Wah, surprise nih mas. Boleh aku buka sekarang? ” tanyanya tak sabar.

” Ya, semoga dek Heny suka dan mau memakainya malam ini ” kataku sambil mengedipkan mata.

Dengan terburu-buru Heny membuka. Roman muka yang begitu gembira ketika Heny melihat Ardi membelikan setengah lusin Lingerie seksi pengganti daster batiknya yang lusuh. Heny memeluk Ardi dengan malu-malu dan berkata,

“Terima kasih mas, aku pasti pakai malam ini “

Aku juga menyarankan kepada Heny untuk mengambil seorang pembantu rumah tangga dari sebuah yayasan. Tujuanku agar Heny tidak terlalu kelelahan dalam mengurus rumah tangga dan anak-anak kami. Sehingga Heny masih mempunyai waktu luang untuk merawat diri, kesalon, berolah raga dan membaca buku kegemarannya.

Heny sangat gembira sekali. Dan permasalahan dikelurga kami telah tersolusikan.

“I Love you, Heny! Kataku sambil memeluknya

“Terima kasih sudah menemani dan mengurus aku dan anak-anak selama ini”,

Ku kecup keningnya dan tidak terasa meleleh air mataku, telah kutemukan apa yang selama ini aku cari-cari.

Dengan bersyukur hidup menjadi lebih indah.....

Jumat, 12 April 2013

Realita Kehidupan


Minimal ada seorang wanita yang sangat PEDULI kamu…. PASTI!!!
Terlepas kamu setuju atau tidak, terima atau tidak,  Wanita ini ada….!
Dan ia adalah satu satunya manunusia di planet ini yang mengijinkan Rahimnya kau tempati secara GRATIS / Free Of Charge selama 9 bulan 10 Hari.
Yang Siap menahan sakit demi untuk kehadiranmu disini, sekalipun nyawanya menjadi taruhannya….
Dalam membesarkanmu ia melewati hari hari yang tidak gampang…
Sering Ia tidak tidur karena kamu sakit.
Dalam kebingungan ia hanya menangis dan berdoa, karena panasmu yang tidak reda…
Ia tidak jijik dengan kotoran yang berselemak di badannya, bahkan ia tertawa lepas saat semua itu terjadi…

Tahun-tahun berganti…
Kini kamu sudah dewasa, kamu sdh bisa kedokter kalau kamu sakit…
Dan status kamu pun kini sudah berubah…
Kamu tidak butuh wanita itu lagi….
Sekarang wanita itu sudah tua…lamban…suka dengan cerita lama yang membosankan, nasehatnya pun selalu itu itu saja…
Belum lagi bau badanya yang selalu diprotes oleh pacar atau teman atau suami atau istri atau anakmu….Komunikasi kalian payah….susah…!!!!

Hai Kawan…
Anda benar…wanita tua ini sering membosankan dan tidak nyambung…
Tapi coba berdiamlah beberapa menit dalam hening…
Sejelek apapun dia, orang lain boleh tidak suka dia.
Tapi kamu tidak boleh…Sebab ia adalah IBUmu…
Di hari tuanya yang tidak lama lagi, bukan HARTAmu yang ia harapkan…
Ia tidak butuh apapun dari kamu…
Ia hanya takut…
Takut kehilangan kamu…
Takut kamu tidak peduli dia lagi…Karena ia begitu MENCINTAIMU…
Ia sudah bahagia kalau kamu datang dan bertanya “apa kabar?” dan tanganmu mau mengelus dia…

Kawan,….maafkanlah dia kalau ia pernah melakukkan hal yang mengecewakan kamu…
Percayalah ia pantas untuk kau cintai…

Kawan,…Waktu wanita itu tidak banyak lagi…

Dengarkanlah ini : Jangan lagi bersuara keras kepadanya… Dalam keadaan apapun….Itu akan sangat melukainya!

Senin, 06 Agustus 2012

Makna Pindapata

Āyudo balado dhīro, vaṇṇado pañibhāṇado sukhassa dātā medhāvī, sukhaṁ so adhigacchati. Āyuṁ datvā balaṁ vaṇṇaṁ, sukhañca paṭibhāṇado dīghāyu yasavā hoti, yattha yatthūpapajjatī’ti.

Ia yang bijaksana, pemberi usia, pemberi kekuatan, pemberi keelokan, pemberi kecerdasan dan pemberi kebahagiaan, akan memperoleh kebahagiaan pula. Setelah memberi umur panjang, kekuatan, keelokan, kebahagiaan dan kecerdasan, dimanapun ia terlahir, akan berusia panjang dan berkedudukan tinggi.
(Bhojanānumodanā Gāthā)

Piṇḍapāta berasal dari dua suku kata, yaitu: Piṇḍa dan Pāta. Piṇḍa berarti gumpalan/bongkahan (makanan) dan Pāta berarti yang dijatuhkan. Jadi dapat diartikan piṇḍapāta adalah bongkahan makanan yang dijatuhkan ke dalam mangkuk (patta) para bhikkhu.

Bagi bhikkhu yang menjalankan praktik keras (dhūthaṅga) harus melakukan piṇḍapāta sebagai salah satu peraturan praktiknya. Ada lima peraturan tentang makanan bagi bhikkhu yang menjalani praktik dhūthaṅga ini yaitu: tekad hanya makan dari hasil piṇḍapāta (piṇḍapātikaṅga), menerima dana dari rumah ke rumah tanpa kecuali (sapadānacārikaṅga), makan tanpa selingan (ekāsanikaṅga), memakan hanya makanan yang ada dalam mangkuk (pattapiṇḍikaṅga), dan tidak makan lagi setelah selesai makan (khalupacchabhattikaṅga).

Pada jaman dahulu, para petapa umumnya menerima dana makanan dari rumah-rumah penduduk untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Begitu pula dengan Sang Buddha, setiap pagi Sang Buddha dan rombongan para bhikkhu pergi meninggalkan vihara, memasuki desa atau kota untuk ber-piṇḍapāta, piṇḍapāta ini merupakan suatu cara pendekatan masyarakat secara agama Buddha. Tak jarang ketika Sang Buddha dan para bhikkhu ber-piṇḍapāta, masyarakat tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Sang Buddha atau para bhikkhu, seperti Upatissa yang begitu terkesan melihat Bhikkhu Assaji yang sedang ber-piṇḍapāta atau Bahiya yang berpakaian kulit kayu (Bahiyadaruciriya) berjumpa Sang Buddha saat Beliau ber-piṇḍapāta dan memohon Sang Buddha untuk memberikan uraian Dhamma. Mereka berdua pada akhirnya tertarik untuk menjalani kehidupan kebhikkhuan, Upatissa kelak dikenal dengan nama Sariputta, namun kondisi karma buruk Bahiya berbuah, beliau meninggal diseruduk sapi (jelmaan Asura) ketika mencari perlengkapan kebhikkhuannya, tetapi Bahiya telah mencapai tingkat kesucian Arahat setelah mendengar beberapa kalimat Dhamma dari Sang Buddha.

Pada tahun ketiga, Sang Buddha kembali ke Kapilavatthu atas undangan Raja Suddhodana. Beliau beserta rombongan bhikkhu berangkat dari Rajagaha ke Kapilavatthu.

Sang Buddha beserta rombongan tiba di Kapilavatthu dan berdiam di Nigrodarama. Raja Suddhodana dan penduduk berduyun-duyun menemui Sang Buddha. Karena mengetahui bahwa para orang tua suku Sakya memiliki watak yang sombong, Sang Buddha menunjukkan keajaiban ganda (yamakapāṭihāriya) kepada mereka. Api menyala di bagian atas tubuh Beliau dan air memancar dari tubuh bagian bawah dan sebaliknya. Setelah orang-orang suku Sakya dapat diyakinkan bahwa Sang Buddha telah mencapai ke-Buddha-an, kemudian Beliau duduk dengan tenang di tempat yang telah disediakan.

Raja Suddhodana menanyakan kabar Sang Buddha dan mengajukan beberapa pertanyaan lainnya kepada Beliau. Di akhir tanya jawab, Raja Suddhodana berhasil memperoleh mata Dhamma dan menjadi Sotāpanna. Berhubung tidak mendapat undangan makan di istana, maka keesokan harinya Sang Buddha beserta rombongan memasuki kota Kapilavatthu untuk berpiṇḍapāta. Penduduk kota menjadi gempar. Memang mereka sering melihat seorang petapa atau brahmana ber-piṇḍapāta, tetapi baru sekarang mereka menyaksikan seorang berkasta Khattiya, putra dari seorang raja, berpiṇḍapāta. Berita ini sampai ke telinga Raja Suddhodana, dan raja segera menemui Sang Buddha dan menegur Beliau.

”Mengapa anakku melakukan perbuatan yang sangat memalukan ini? Mengapa anakku tidak datang saja ke istana untuk mengambil makanan? Apakah pantas seorang putra raja meminta-minta makanan di kota, tempat ia dulu sering berjalan-jalan dengan kereta emas? Mengapa anakku membuat malu ayahnya seperti ini?”

”Aku tidak membuat ayah malu, Oh Baginda. Hal ini memang sudah menjadi kebiasaan kita,” jawab Sang Buddha dengan tenang. ”Apa kebiasaan kita? Bagaimana mungkin! Tidak pernah seorang anggota keluarga kita minta-minta makanan seperti ini. Dan anakku mengatakan bahwa ini sudah menjadi kebiasaan kita?”

”Oh, Baginda, ini memang bukan merupakan kebiasaan seorang anggota keluarga kerajaan, tetapi ini adalah kebiasaan para Buddha. Semua Buddha di jaman dahulu hidup dengan jalan mengumpulkan dana makanan dari para penduduk.”

Setelah Raja Suddhodana mendesak agar Sang Buddha beserta rombongan mengambil makanan di istana, maka berangkatlah Sang Buddha beserta rombongan ke sana.


Ada enam kewajiban yang harus dilakukan (kiccavatta) oleh bhikkhu atau sāmaṇera yang berpiṇḍapāta. Enam kewajiban itu adalah:

1. Ia harus mengenakan jubahnya dengan rapi.

2. Ia harus meletakkan mangkuknya di bawah jubah (mangkuk terlindungi oleh jubah).

3. Sebelum meninggalkan vihara, ia harus menyiapkan tempat duduknya, air minum, air pencuci tangan, pencuci kaki, pencuci mangkuk, dan perlengkapan kebhikkhuan lainnya.

4. Ia melaksanakan piṇḍapāta sesuai dengan tata tertib ’Sekhiyadhamma’.

5. Ia hendaknya penuh perhatian pada waktu berada di tempat penduduk.

6. Ketika berpiṇḍapāta, seorang piṇḍapātacarika tidak mengenakan alas kaki (sandal/sepatu), maka setelah ia kembali ke vihara dan sebelum memakan dana makanan hasil piṇḍapātanya, ia harus mencuci kakinya terlebih dahulu.

Peraturan Pacittiya menjelaskan jika ada umat yang mengundang bhikkhu untuk menerima dana makanan, maka bhikkhu itu dapat menerima tiga mangkuk penuh apabila ia mau. Apabila ia menerima lebih dari tiga mangkuk, maka ia melanggar peraturan Pacittiya. Makanan yang ia terima itu harus pula dibagi kepada bhikkhu lain. Seorang bhikkhu juga dilarang untuk makan di luar waktu yang telah ditentukan (lewat dari tengah hari). Jika melakukan hal ini, maka ia melanggar Pacittiya.

Dalam Piṇḍapātapārisuddhi Sutta, Majjhima Nikāya, Sang Buddha memberikan nasehat kepada para bhikkhu agar selalu menjaga diri sehingga pikiran mereka tetap murni ketika sedang ber-piṇḍapāta atau sedang makan yaitu dengan cara membuang nafsu keinginan, menghapus penghalang, serta mengembangkan pengetahuan tentang Tujuh Faktor Penerangan Sempurna lewat perjuangan yang terus-menerus. Bagi seorang bhikkhu, ada perenungan yang harus dilakukannya ketika ia menggunakan empat kebutuhan pokok, yaitu perenungan sebelum penggunaan (Taṅkhaṇikapaccavekkhaṇa) dan perenungan setelah penggunaan (Atītapaccavekkhaṇa). Ia harus merenungkan tujuan sebenarnya dari penggunaan kebutuhan itu, yaitu untuk mengurangi keserakahan yang muncul dari kebodohan dan kebencian, agar menimbulkan pengertian yang benar dari penggunaan empat kebutuhan pokok itu tanpa keserakahan, kebencian, dan kebodohan.

Dalam Aṅguttara Nikāya IV.57, Sang Buddha memberikan khotbah singkat kepada seorang wanita dari suku Koliya, Suppavasa. Ia adalah ibu dari Bhikkhu Sivali, Arahat yang paling beruntung. Khotbah ini disampaikan setelah Beliau menerima dana makanan darinya. ”Dengan memberikan makanan, seorang siswa yang luhur memberikan empat hal kepada penerimanya. Apakah yang empat itu? Dia memberikan usia panjang (āyu), keelokan (vaṇṇo), kebahagiaan (sukha), dan kekuatan (bala). Dengan memberikan usia panjang, dia sendiri akan memiliki usia panjang. Dengan memberikan keelokan, dia sendiri akan memiliki keelokan. Dengan memberikan kebahagiaan, dia sendiri akan memiliki kebahagiaan. Dengan memberikan kekuatan, dia sendiri akan memiliki kekuatan. Keempat pahala ini akan diperolehnya secara manusiawi (duniawi) dan surgawi. Dengan memberikan makanan, seorang siswa yang luhur memberikan empat hal ini kepada penerimanya.”

Merupakan kewajiban bhikkhu (vatta), setelah menerima dana makanan membacakan Anumodana Gāthā atau khotbah Dhamma singkat kepada umat yang berdana. Kalimat yang diucapkan biasanya berbunyi, ”Āyu, Vaṇṇo, Sukhaṁ, Balaṁ” artinya semoga anda panjang umur, cantik/tampan (elok), bahagia, dan kuat.

Rabu, 27 Juni 2012

Holiday With My Family

hai teman2, saya kembali lagi membagikan cerita dan pengalaman saya ketika berlibur di Yogyakarta dan sekitarnya bersama keluarga. pada bulan Juni merupakan bulan dimana sebagian besar para mahasiswa di Yogja memasuki masa ujian akhir pada semester genap. kebetulan saya juga mengikuti ujian pada tanggal 4 Juni sampai dengan 14 Juni 2012 yang berakhir pada hari kamis yang dilanjutkan dengan agenda rapat LK sore harinya. setelah menyelesaikan semua aktivitas maka saatnya untuk beristirahat untuk memulai hari esok.
Keesokan harinya tibalah waktunya untuk memulai liburan panjang, dimana para mahasiswa/i yang menyelesaikan ujiannya bersiap-siap untuk menikmati masa liburan mereka dengan mempersiapkan diri menuju kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga. Ada yang telah mempersiapkan diri ke kampung halaman menggunakan pesawat, travel, kendaraan pribadi, kapal dll serta ada juga yang menghabiska liburan di Yogja.

Seperti biasanya, pada hari Sabtu tanggal 16 juni 2012 dengan bermalas-malasan saya bangun pukul 10.00 karena sudah ada janji dengan teman. setelah selesai mandi saya makan pagi ato bisa dibilang makan siang karena sudah siang, hehehehe.... kemudian saya kembali menunggu teman datang untuk membahas sesuatu. setelah menyelesaikan urusan dengan teman,  maka saatnya menjemput adik saya yang datang dari Jakarta dan tiba di Bandara Adisucipto kira-kira pada pukul 15.00 sore hari. pada malam harinya saya harus berkunjung kembali ke Bandara Adisucipto dengan adik untuk menjemput keluarga saya (Ibu, Kakak dan anak-anak kakak saya) yang tiba di Yogja kira-kira pukul 20.45 malam hari kemudian mereka menggunakan taksi menuju penginapan yang berada di daerah Mrican yang sudah di tunggu oleh adik laki-laki saya yang sore sudah sampai duluan bersama dengan teman adik perempuan saya. setelah semua berkumpul maka kami bercerita panjang sampai saya harus pulang kos karena jam sudah menunjukan pukul 00.00.

Hari Pertama

Pada hari Minggu kami jalan-jalan ke Amplas (Ambarrukmo Plaza) dan makan di Taman Sari foodcourt serta berbelanja di Carrefour dan pulang kembali ke penginapan. setelah beristirahat sejenak kami melanjutkan rute berikutnya yaitu Mall Malioboro unutk mencari pakaian bayi untuk dipakai oleh keponakan saya (Kresentia Christalin). Setelah selesai berbelanja mereka pulang untuk beristirahat sedangkan saya dan adik laki-laki saya mampir ke Alkit (Alun-alun Kidul) sebentar kemudian pulang ke kos daerah Mrican. setelah selesai menikmati hari pertama dan sebelum saya pulang kos saya mampir dulu ke tempat Car Rental untuk menyewa mobil  yang akan dipakai untuk besok harinya.

Hari Kedua

Gunung Merapi
keesokan harinya pada  tanggal  18 Juni 2012 kami berkumpul pukul 08.00 di Mrican dan bersiap-siap menuju Kopeng. sebelum berangkan kami menyiapkan bekal selama perjalanan yaitu nasi, ayam geprek dan beberapa buah-buahan serta makanan kecil lainnya. Cuaca selama perjalanan menuju Kopeng sangatlah cerah sehingga kami semua bisa menikmati pemandangan yang ada. setelah mendekati Ketep Pass kami sempat menikmati pemandangan berupa Gunung Merapi di sebelah Kanan kami tetapi sebagian ditutupi oleh awan sehingga kami hanya menikmati sebagian saja. 


Gunung slamet
Sebelum tiba di Kopeng kami mampir sebentar di Ketep Pass untuk berbelanja dan beristirahat sejenak sambil menikmati udara sejuk yang bertiup. Setelah beberapa menit, kami melanjutkan perjalanan menuju Kopeng yang merupakan tujuan pertama kami. di tengah perjalanan kami disuguhi pemandangan yang indah berupa tanaman sayur serta Gunung di sekitar (Kalo tidak salah Gunung Slamet) di sebelah kiri yang begitu cerah sambil menikmati pemandangan lainnya dan Gunung Merapi yang masih tetap ada di sebelah kanan kami.

Setelah sampai di Kopeng, kami beristirahat dan makan siang di bawah pohon serta ditemani oleh dinginnya udara yang ada sampai menusuk di kulit. sebelum makan kami ditawarin jeruk sunkist dan akhirnya kami membeli beberapa buah jeruk. setelah selesai makan kami menikmati manisnya jeruk yang tadi kami beli sebagai makanan penutup kami. setelah selesai makan kami kembali melakukan kegiatan narsis yaitu foto-foto di sekitar.
Kopeng
Kebun Strawberry

Strawberry
Setelah Selesai berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan berikutnya yaitu memetik buah strawberry yang berada di sekitar daerah Kopeng. sebelum sampai di tempat tujuan, kami kesulita mencari tempat tersebut  karena tidak ada petunjuk arah dan informasi lainnya. akhirnya kami meminta supir untuk bertanya kepada warga sehingga sampi di tempat. kami turun dari mobil dan niatnya ingin memetik strawberry tetapi sudah habis dipetik oleh rombongan yang duluan sampai dari kami sehingga kami hasil yang kami daptkan tidak memuaskan. setelah selesai kami melanjutka perjalanan menuju Ketep Pass untuk menikmati pemandangan yang ada. sebelum sampai di Ketep Pass kami berhenti sejenak untuk memetik dan membeli strawberry dengan senangnya walaupun strawberry yang bisa kami petik sedikit karena sudah selesai dipanen pada hari sabtu kemarin. 

Ketep Pass


Penghargaan dari IAI
Setelah puas berjalan-jalan dan menikmati sepoinya angin yang berhembus, kami melanjutkan perjalanan menuju Sendangsono agar keluarga dapat berziara di Goa Maria. kami menempuh perjalanan kira-kira 1 jam melewati jalan di dekat Candi Pawon.. Di perjalanan kami kembali menikmati pemandangan yang ada di sepanjang jalan menuju Sendangsono. Setelah sampai mereka membeli bunga dan lilin untuk berdoa dan membawa beberapa botol minum kosong untuk mengisi air berkah yang dapat diisi di atas. setelah selesai berdoa kami berfoto-foto terlebih dahulu sambil menikmati pemandangan dan tata letak yang sangat unikdan menarik sehingga mendapat penghargaan dari IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) pada Tahun 1991.



setelah hari menjelang malam kami melanjutkan kembali berjalanan kami untuk makan malam di Jejamuran Resto yang menyajikan menu makanan khas dari beraneka ragam jamur yang ada seperti jamur tiram (pleorotus ostreatus), jamur merang (volvariella volvacea), jamur shiitake (lentinula edodes), jamur kancing (agaricus bisporus), jamur lingzhi dan yang lain..
Jamur yang ada di Jejamuran Resto
Setelah selesai makan kami mengakhiri perjalanan kami menuju kos dan beristirahat agar dapat melanjutkan perjalanan pada besok harinya.

Hari Ketiga

Ramai Mall
Keesokan harinya tujuan kami adalah Malioboro dan Alkit. kami berangkat ke Malioboro pukul 12.00 dengan tujuan untuj shopping untuk keperluan ibu saya untuk membuka usaha. setelah sampai di Maloiboro kami ketemuan di depan Mall Malioboro karena mereka menggunakan taksi dan saya menggunakan motor. ketika bertemu di depan mall malioboro, kami memulai perjalanan kami untuk berjalan di lorong malioboro sambil melihat-lihat barang yang dipajang untuk dijual. terkadan barang yang dipajang menarik akan tetapi harga yang diberikan kurang memuaskan, terkadang harga yang ditawarkan sangatlah tinggi sehingga kita harus pintar-pintar menawar agar mendapatkan harga yang murah dengan kwalitas yang bisa dibilang bagus. setelah setengah perjalanan kami memutuskan makan siang untuk mengisi perut yang sudah mulai kosong alias lapar.setelah selesai makan kami melajutkan berbelanja menambah beban untuk tangan-tangan yang masih ngangur untuk menentengnya.


Depan Pasar Bringharjo
Andong
setelah menyelesaikan perjalanan panjang menyusuri lorong Malioboro kami beristirahat sejenak untuk menikmati es dawet yang sering dicari oleh para wisatawan ketika melintasi lorong malioboro. selanjutnya kami memasuki pasar bringharjo untuk berbelanja. kami kembali mencari tambahan belanja sambil memasuki lorong-lorong yang ada di dalam pasar agar tangan kami tidak kosong untuk membawa belanjaan. setelah mencari beberapa menit kami menyudahi berbelanja di pasar bringharjo karena pasar tersebut akan tutup pada pukul 4 sore setiap harinya. setelah selesai kami melanjutkan untuk menyusuri lorong malioboro sebelah timur untuk mencari sesuatu dan akhirnya barang yang kami cari tidak ditemukan kamipun menyudahi perjalanan kami u8ntuk melanjutkan tujuan berikutnya yaitu Alkit. sebelum berangkat saya mengambil motor saya yang diparkit di dekat halte trans jogja yang kedua. setelah mengambil motor saya menghampiri mereka dan mereka berminat untuk menggunakan andong untuk pergi ke Alkit sedangkan saya tetap menggunakan motor yang saya kendarai. Sebelum menuju Alkit saya mampir dulu untuk membeli beberapa cemilan agar dapat dinikmati ketika beristirahat di Alkit nantinya. ketika sampai saya keliling terlebih dahulu di sekitar Alkit sambil mencari keluarga saya yang tadinya menggunakan andong.

Alun-alun Selatan

ketika malam lokasi ini sangat ramai dikunjungi oleh para wisatawan dan para mahasiswa karena mempunyai sejarah atau cerita yang mistis. setelah beristirahat dan menikmati jajanan yang ada di sekitar alun-alun sehingga langit menjadi gelap, maka kami memutuskan untuk menikmati mainan yang ada. setelah cukup beristirahat kami sepakat untuk menyewa sepeda yang akan kami pakai untuk berlima. kami memulai mengendarainya bersama-sama, tetapi kami menabrak odong-odong yang sedan parkir karena sepeda yang kami sewa susah untuk dikendarai akan tetapi kami kembali mencoba untuk mengendarainya kembali sampai kami menyenggol kendaraan yang melaju dari belakakng sehingga kami harus berhenti untuk meminta maaf kepada orang yang kami senggol tadi dan melanjutkan kembali menyelasaikan putaran kami yang penuh tantangan. setelah selesai kami melanjutkan permainan berikutnya yaitu odong-odong. kamipun kembali melanjutkan tantangan berikutnya dengan mengendarai odong-odong sebanyak 4 putaran.
Odong-odong


Hari Keempat

keesokan harinya, tepatnya pada Hari Rabu tanggal 20 Juni 2012, agenda kami adalah menikmati tiupan angin yang sepoi-sepoi di pantai Selatan daerah Wonosari. Seperti biasanya kami menyiapkan beberapa bekal agar bisa kami nikmadi di perjalanan. Kami berangkat pada pukul 08.00 dari kos adik saya yang berada di Mrican. Perjalanan dari Yogyakarta ke pantai dengan rute pertama adalah Pantai Baron kira-kira kami tempuh selama 120 menit atau 2 jam. setelah sampai di Pantai Baron kami langung menuju tempat penjualan seafood yang berada tidak jauh dari pantai. setelah selesai memilih beberapa lauk kemudian kami meminta agar makanan yang dibeli dioleh sehingga kami menuju ke warung yang akan mengolah makanan yang telah kami beli. Sambil menunggu makanan selesai diolah, kami langsung menuju tempat yang dinantikan yaitu di tepi pantai dengan cuaca yang sangat mendukung serta ombak yang begitu bersahabat.

Pantai Baron

Pantai Baron
Setelah selesai berfoto-foto, kami kembali berkumpul untuk menyantap makanan yang sudah siap disantap. Sambil menikmati makanan yang berada di depan kami, kami bercerita dan berpikir untuk rute selanjutnya setelah mengunjungi Pantai Baron ini. Sehabis makan beberapa penjual aksessoris yang bahan bakunya terdiri dari dasar laut menghampiri kami. setelah melihat-lihat aksessoris tersebut kamipun membeli beberapa jenis yang ada seperti gantungan, kotak tisu, hiasan rumah dan lain-lain yang memang merupakan tujuan utama kamu ke pantai ini adalah membeli pernak pernik yang dijual di pantai ini. setelah selesai berbelanja pernak-pernik, kamipun melanjutkan perjalanan kami menuju Pantai Indrayanti dengan menempuk kira-kira 7 km dengan durasi sekitar setengah jam dari Pantai Baron. sesampai di Pantai Indrayanti, kami disuguhi oleh pemandangan yang sangat indah dengan angin yang bertiup sepoi-sepoi. Kamipun langsung beraksi untuk berfoto-foto ria dengan ditemai oleh tiupan angin.

Pantai Indrayanti
Lokasi Pembelian Tiket "Sri Gethuk"
Air Terjun Sri Getuk
Setelah selesai berfoto-foto, kami bersantai sejenak di warung sambil beristirahat, kami mengganti pakaian kami terlebih dahulu. setelah semua selesai menggganti pakaiannya, perjalanan kami  lanjutkan yaitu menuju Air Terjun Sri Gethuk yang berada di Wonosari kira-kira 1 jam dari Pantai Baron maupun dari Yogyakarta. kami berangkat dari Indrayanti pukul 2 siang dan sampai di Air Terjun Sri Gethuk kira-kira pukul 3 sore. lokasi Air Terjun tidak begitu ramai karena parkiran kendaraan yang ada tidak begitu banyak. setelah sampai di parkiran, kami langsung menuju tempat pembelian tiket perahu sehinggga kami dapat menuju lokasi Air Terjun dengan menggunakan perahu/rakit yang terbuat dari drum plastik. di tempat penbelian tiket perahu, kami bisa menikmati pemandangan yang indah serta dapat melihat sungai yang jernih pada saat musim kering. setelah selesai membeli tiket  kami menuju perahu yang ada di bawah agar diantar ke lokasi air terjun yang tidak begitu jauh dari tempat pembelian tiket tersebut.setelah sampai di lokasi air terjun, kami segera mencari tempat untuk beristirahat dan agar dapat menyimpan barang bawaan kami dan dapat menikmati pemandangan serta air terjun yang ada walaupun tidak begitu deras karena sudah beberapa minggu tidak turun hujan.


Sri Gethuk

Air Terjun Mini

setelah hari menjelang malam maka kami putuskan untuk menyudahi acara kami yaitu bermain air karena. setelah selesai, kami menunggu perahu untuk menjemput agar kami bisa kembali ke tempat semula dimana kami membeli tiket perahu tersebut. setelah perahunya datang, maka kami pun naik ke atas perahu yang sudah siap mengantar kami kembali. di atas perahu kami tidak mau ketinggalan untuk megambil pemandangan yang indah sehingga kami mengeluarkan kamera lagi. sambil perahu tersebut berjalan kami berfoto-foto. setelah sampai di tempat pembelian tiket kamipun kembali ke parkiran untuk mengganti pakaian kami yang basah dengan pakaian yang kering. setelah semua selesai mengganti pakaian, kami melanjutkan rute terakhir kami yaitu makan malam di Jl. Dr. Sutomo Yogyakarta.

Depan Pembelian Tiket Perahu

Hari Kelima

Pada hari berikutnya kami hanya berjalan-jalan di sekitar pusat kota saja. seperti biasa kami makan pagi di daerah selokan dilanjutkan dengan agenda foto keluarga di daerah seturan. Setelah selesai, kami jalan-jalan di Mall Ambarukmo Plaza. sesampai di sana kami mengunjungi Time Zone untuk bermain. setelah selesai  berjalan-jalan, kami kemudian pulang ke kos karena hari sudah sore. pada malam harinya kami pergi ke tempat wisata "Taman Pelangi" di daerah Monjali "Monumen Jogja Kembali". 
Lokasi Taman Pelangi
Sepeda dari lampu
Lokasi Taman Pelangi